Bahlil Tegaskan Bensin Akan Wajib Campur Etanol 10% di 2027
lighthousedistrict.org – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah menargetkan penerapan kewajiban pencampuran etanol 10 persen (E10) pada bahan bakar minyak (BBM) mulai tahun 2027. Kebijakan ini merupakan langkah strategis pemerintah dalam menekan ketergantungan terhadap impor bensin yang masih tinggi.
“Yang kita lagi desain kelihatannya paling lama 2027 ini sudah bisa jalan. Karena E10 adalah bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi impor bensin. Sebab impor bensin impor banyak, 27 juta ton per tahun,” ujar Bahlil seusai Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Bahlil menjelaskan, dengan volume impor yang besar, Indonesia menghadapi tekanan pada neraca perdagangan dan devisa negara. Implementasi E10 diharapkan dapat menekan angka impor tersebut secara signifikan dengan menggantikan sebagian kebutuhan bensin menggunakan campuran etanol yang diproduksi dalam negeri.
Bangun Industri Etanol dari Singkong dan Tebu
Menurut Bahlil, program E10 tidak hanya berdampak pada pengurangan impor BBM, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru. Pemerintah berencana membangun pabrik-pabrik etanol di dalam negeri yang memanfaatkan bahan baku lokal seperti singkong dan tebu.
“Pabrik etanolnya kita harus bangun dalam negeri. Pabrik etanol ini dari singkong dan tebu, dan ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan karena petani-petani kita ke depan akan kita dorong untuk melakukan hal ini,” jelasnya.
Langkah ini akan membentuk ekosistem industri etanol nasional yang melibatkan sektor hulu hingga hilir. Petani singkong dan tebu akan menjadi bagian penting dari rantai pasok energi baru tersebut. Selain meningkatkan permintaan bahan baku pertanian, kebijakan ini juga berpotensi memperkuat ketahanan ekonomi daerah penghasil komoditas utama.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari E10
Kebijakan mandatory E10 memberikan dampak ganda bagi ekonomi dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, peningkatan produksi etanol akan membuka lapangan kerja baru, menumbuhkan investasi di sektor energi terbarukan, dan memperkuat industri pertanian nasional.
Dari sisi lingkungan, penggunaan etanol sebagai campuran bensin dapat mengurangi emisi karbon hingga 30 persen dibandingkan bahan bakar fosil murni. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen pada tahun 2030, sesuai dengan target Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Program ini juga menjadi bagian dari agenda besar transisi energi bersih, di mana Indonesia menargetkan peningkatan porsi energi baru terbarukan hingga 44 persen pada tahun 2040.
Baca Juga : “Sanae Takaichi Resmi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang“
Tantangan Implementasi dan Kesiapan Infrastruktur
Meski menjanjikan, implementasi kebijakan E10 menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan bahan baku etanol dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah berencana memberikan insentif bagi industri yang berinvestasi di sektor bioenergi serta memperkuat koordinasi antar kementerian.
Selain itu, kesiapan infrastruktur distribusi BBM campuran etanol juga menjadi perhatian. Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Pertamina sedang menyiapkan peta jalan distribusi serta standar teknis untuk memastikan kualitas dan keamanan bahan bakar E10.
“Pemerintah tidak hanya menargetkan produksi, tapi juga memastikan seluruh ekosistemnya siap, mulai dari bahan baku hingga distribusi,” kata Bahlil.
Menuju Kemandirian Energi Nasional
Dengan penerapan E10 pada 2027, Indonesia akan mengambil langkah besar menuju kemandirian energi berbasis sumber daya lokal. Program ini diharapkan menjadi pendorong utama transformasi ekonomi hijau nasional dengan melibatkan petani, pelaku industri, dan pemerintah.
Kebijakan tersebut juga memperlihatkan arah baru dalam pembangunan energi nasional — dari ketergantungan impor menuju pemanfaatan potensi domestik yang berkelanjutan.
“Ini bukan hanya soal energi, tapi tentang kedaulatan ekonomi, kemandirian bangsa, dan masa depan lingkungan kita,” tutup Bahlil optimistis.
Baca Juga : “Rekam Jejak Berdarah Lamek Taplo, Panglima KKB yang Tewas Dibom Drone Tempur TNI“
