IHSG Ditutup Turun 1,04 Persen ke Level 8.152 di Akhir Perdagangan
lighthousedistrict.org – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah signifikan pada akhir perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025. Penurunan terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan keputusan untuk menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen.
Sejak awal perdagangan, IHSG langsung terkoreksi tajam. Tekanan jual muncul sesaat setelah pembukaan dan terus berlanjut hingga sesi pertama berakhir. Tren negatif ini bahkan semakin dalam pada sesi kedua, terutama setelah Gubernur BI Perry Warjiyo membacakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Oktober 2025.
Pergerakan IHSG Sepanjang Hari
Mengutip data RTI, IHSG ditutup di posisi 8.152,553 atau turun 85,531 poin, setara dengan 1,04 persen. Saat pembukaan, IHSG sempat berada di level 8.235,699. Sepanjang perdagangan, indeks menyentuh level tertinggi di 8.261,843 dan level terendah di 8.141,986.
Volume perdagangan tercatat sebanyak 29,724 miliar lembar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp23,124 triliun. Dari total emiten yang diperdagangkan, 349 saham melemah, 321 saham menguat, dan 139 saham stagnan.
Analis pasar menilai bahwa keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan memberikan sinyal kehati-hatian terhadap kondisi ekonomi global dan stabilitas nilai tukar rupiah. Namun, kebijakan tersebut belum cukup menahan tekanan di pasar saham, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi eksternal.
Sektor Industri Dasar dan Teknologi Paling Tertekan
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor mengalami pelemahan. Sektor industri dasar mencatat penurunan paling dalam sebesar 2,72 persen. Diikuti oleh sektor teknologi yang turun 2,66 persen dan sektor kesehatan yang terkoreksi 1,56 persen.
Sementara itu, empat sektor masih mampu bertahan di zona hijau. Sektor properti memimpin dengan kenaikan 3,00 persen, disusul sektor industrial yang menguat 1,76 persen. Penguatan ini menunjukkan masih adanya minat beli di saham-saham berfundamental kuat, khususnya di sektor yang berpotensi mendapat dukungan dari proyek infrastruktur dan investasi dalam negeri.
Daftar Saham Penggerak IHSG
Beberapa saham mencatatkan penguatan signifikan dan menjadi penopang indeks. Saham-saham top gainers antara lain BRPT, BRMS, NIRO, PPRE, dan AYLS. Kenaikan pada saham-saham tersebut didorong oleh aksi beli investor yang memanfaatkan momentum harga murah.
Sebaliknya, sejumlah saham unggulan mengalami pelemahan cukup tajam. Saham BBCA, ICBP, MBMA, ANTM, dan EXCL tercatat sebagai top losers. Penurunan saham perbankan besar seperti BBCA turut memberikan tekanan signifikan pada indeks utama.
Baca Juga : “Menkeu Purbaya Pertimbangkan Bubarkan Satgas BLBI, Sindir Cuman Bikin Ribut“
Bursa Asia Turut Bergerak Campuran
Pergerakan pasar saham regional Asia juga menunjukkan tren melemah pada sore hari. Indeks Nikkei 225 turun 8,27 poin atau 0,02 persen ke level 49.307,79. Sementara Hang Seng merosot 245,78 poin atau 0,94 persen ke 25.781,77.
Namun, beberapa bursa masih mencatat penguatan. Indeks Shanghai Composite naik tipis 2,57 poin atau 0,07 persen ke 3.913,76. Sedangkan Strait Times Index menguat 12,87 poin atau 0,29 persen ke posisi 4.393,92.
Kondisi pasar global yang beragam ini turut memengaruhi sentimen investor domestik. Ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter Amerika Serikat serta kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok masih menjadi faktor dominan yang membayangi pergerakan bursa Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen dan Pandangan ke Depan
Keputusan BI untuk menahan suku bunga di tengah tekanan inflasi global dinilai sebagai langkah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Namun, pelaku pasar memandang keputusan tersebut belum cukup kuat untuk menarik minat beli di pasar saham.
Menurut beberapa analis, pelemahan IHSG hari ini juga mencerminkan aksi ambil untung (profit taking) setelah penguatan yang terjadi pada pekan sebelumnya. Investor cenderung berhati-hati menunggu data ekonomi lanjutan, termasuk laporan inflasi dan neraca perdagangan bulan Oktober.
Ke depan, pergerakan IHSG diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh dinamika global, terutama keputusan The Federal Reserve terkait arah suku bunga, pergerakan rupiah terhadap dolar AS, serta tren harga komoditas dunia.
Meski demikian, sejumlah analis memperkirakan koreksi IHSG berpotensi terbatas. Saham-saham di sektor properti, infrastruktur, dan energi dianggap masih menarik untuk jangka menengah karena prospek fundamental yang solid dan dukungan kebijakan pemerintah terhadap investasi.
Kesimpulan:
IHSG ditutup melemah 1,04 persen ke level 8.152 setelah Bank Indonesia menahan suku bunga di 4,75 persen. Tekanan terbesar datang dari sektor industri dasar dan teknologi, sementara sektor properti justru menguat. Meskipun sentimen global masih membayangi, peluang pemulihan indeks tetap terbuka seiring stabilitas ekonomi domestik yang relatif terjaga.
Baca Juga : “[FULL] Dedi Mulyadi ke Kemendagri-BI Cek Pernyataan Menkeu Purbaya soal Dana Rp4,17 T, Hasilnya?“
