lighthousedistrict.org – Sedikitnya 132 orang tewas dalam operasi besar-besaran yang digelar aparat keamanan Brasil di Rio de Janeiro. Aksi ini menjadi operasi polisi paling mematikan dalam sejarah negara bagian tersebut, dengan target utama jaringan kejahatan terorganisir dan perdagangan narkoba.
Operasi yang berlangsung pada Selasa (28/10/2025) ini melibatkan sekitar 2.500 aparat dari berbagai kesatuan kepolisian.
Skala Operasi dan Korban Jiwa yang Meningkat
Hingga Rabu (29/10/2025), pihak kepolisian mengonfirmasi 56 orang telah ditangkap. Namun, sumber kepolisian kepada ABC News menyebut bahwa angka kematian kemungkinan terus bertambah karena banyak korban yang belum teridentifikasi.
Beberapa saksi mata menyebut jenazah korban dibaringkan di tanah terbuka agar keluarga dapat melakukan identifikasi. Kondisi ini menimbulkan kritik tajam dari organisasi hak asasi manusia yang menilai pendekatan aparat terlalu represif.
Pemerintah Negara Bagian dan Reaksi dari Pemerintah Federal
Kepolisian Rio de Janeiro menyatakan operasi tersebut merupakan yang terbesar yang pernah dilakukan terhadap geng Comando Vermelho, salah satu kartel narkoba tertua dan paling berpengaruh di Brasil.
Namun, langkah itu menuai reaksi keras dari pemerintah pusat. Presiden Luiz Inácio Lula da Silva disebut terkejut atas besarnya jumlah korban dan tidak mengetahui adanya operasi berskala nasional tersebut.
“Presiden Lula sangat terkejut bahwa operasi sebesar ini dilakukan tanpa sepengetahuan pemerintah federal,” kata Menteri Kehakiman Ricardo Lewandowski dalam pernyataannya di Brasília.
Menurutnya, setiap operasi bersenjata dengan dampak sipil luas semestinya dikoordinasikan secara nasional untuk menghindari pelanggaran hukum dan korban berlebihan.
Baca Juga : “Keluarga Arya Daru Minta Polisi Bongkar Pemeriksaan Vara dan Dion“
Konteks Global dan Sorotan Dunia
Selain itu, Konferensi Iklim PBB COP30 dijadwalkan berlangsung di Belem, Brasil utara, pada 10–21 November 2025. Meningkatnya kekerasan domestik diperkirakan dapat mencoreng citra Brasil sebagai tuan rumah agenda global tersebut.
Reaksi PBB dan Seruan Penyelidikan
Kecaman juga datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mendalam atas banyaknya korban jiwa akibat operasi tersebut.
“Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan tingginya jumlah korban jiwa dalam operasi polisi yang dilakukan di favela-favela Rio de Janeiro,” ujar Stephane Dujarric, juru bicara Guterres, dalam pernyataannya di New York.
Analisis dan Pandangan ke Depan
Pengamat keamanan publik menilai operasi ini mencerminkan eskalasi konflik antara negara dan geng kriminal bersenjata yang telah lama menguasai kawasan kumuh di Rio. Upaya pemberantasan narkoba di Brasil kerap menuai dilema: di satu sisi bertujuan menekan kejahatan, namun di sisi lain mengorbankan banyak warga sipil dan memperburuk kepercayaan publik terhadap aparat hukum.
Baca Juga : “Mayat-mayat Bergelimpangan di Jalanan Rio de Janeiro usai Polisi Gerebek Geng Narkoba Terkuat“
